Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us
Sabtu, 10 Januari 2009

Apakah yang dimaksud “anak indigo?”

Diposting oleh pound

Beberapa tahun belakangan ini berita tentang “anak indigo” cukup banyak diulas di media, walaupun belum ada yang meneliti berapa sebetulnya jumlah anak indigo di Indonesia. Hanya dipastikan, persentase jumlahnya masih sangat sedikit, kira-kira 10.000 : 1. Psikolog Elly Risman, yang dikutip oleh Pikiran Rakyat, menjelaskan bahwa kecilnya angka anak indigo yang diketahui, disebabkan sikap orang tua yang belum memiliki kesadaran memeriksakan anak ke psikolog. “Mungkin ini yang menyebabkan tidak adanya data yang valid mengenai jumlah anak indigo” katanya. Mengapa kita perlu memahami tentang “anak indigo” ini? Karena ada kemungkinan bahwa anak anda adalah seorang indigo, bahkan bisa pula seluruh anak yang anda lahirkan adalah seorang indigo.

Apa yang dimaksud dengan “anak indigo?”

Indigo adalah istilah yang diberikan kepada anak yang menunjukkan perilaku lebih dewasa dibandingkan usianya dan memiliki kemampuan intuisi yang sangat tinggi. Biasanya mereka tidak mau diperlakukan sebagai anak-anak. Secara harfiah, indigo adalah nama warna antara biru dan ungu, yang kerap pula disebut nila.

Wendy Chapman, dalam tulisan Rossini, menjelaskan bahwa anak indigo adalah anak-anak yang umumnya tidak mudah diatur oleh kekuasaan, tidak mudah berkompromi, emosional dan beberapa diantaranya memiliki tubuh rentan, sangat berbakat atau berkemampuan akademis baik, dan mempunyai kemampuan metafisis. Sering dianggap anak ADD, walaupun mudah bersikap empati dan iba terhadap orang lain, atau terlihat sangat dingin dan tak berperasaan, dan memiliki kebijakan melebihi usianya. Apakah hal-hal tersebut seperti anda sendiri atau anak anda?

Kapan istilah “anak indigo” ditemukan?

Istilah anak indigo diketemukan oleh Nancy Ann Torp, seorang konselor, pada tahun 1970 an. Dia meneliti warna aura manusia dan menghubungkannya dengan kepribadian. Mereka yang memiliki aura nila atau indigo ini ternyata anak-anak yang dianugerahi kelebihan, khususnya kemampuan indera keenam.

Menurut Ustaz KH Abid Marzuki Lc., yang dikutip Pikiran Rakyat, dalam diskusi di The 6th Ramadhan Informal Study on Education Psychology, yang diadakan di Islamic Center, Bekasi, menyatakan bahwa “anak-anak indigo memiliki kesadaran lebih tinggi daripada kebanyakan orang mengenai siapa diri mereka dan tujuan hidup mereka sehingga memerlukan perlakuan khusus. Tapi sayang, banyak masyarakat belum tahu bagaimana mengelola dan memperlakukan kelebihan anak indigo. Akibatnya kemampuan indera keenam anak indigo sering disalah gunakan dengan menggiring anak menjadi paranormal. Padahal kelebihan yang diberikan Allah kepada anak indigo, adalah karomah dan maunah, ” ujar alumnus Universitas Malaysia ini.

Apakah anak anda indigo?

Untuk mengetahui apakah anak anda atau anda sendiri indigo, jawablah pertanyaan berikut: 1) Apakah anak anda sering bersikap seperti bangsawan? , 2) Apakah anak anda memiliki perasaan pantas diterima?, 3) Apakah anak anda mempunyai perasaan bahwa dirinya dapat dimengerti? , 4) Apakah anak anda sulit menghadapi disiplin dan kekuasaan? , 5) Apakah anak anda menolak untuk mengerjakan hal-hal pasti yang diminta untuk dikerjakan? , 6) Apakah kegiatan antri tak disukai anak anda?,7) Apakah anak anda tidak menyukai sistem yang berorientasi ritual/mekanikal dan sedikit memerlukan kreatifitas? , 8) Apakah anak anda sering dapat mengetahui cara-cara yang lebih baik dalam mengerjakan sesuatu, baik di rumah atau di sekolah? , 9) Apakah anak anda tidak mudah kompromi? , 10) Apakah anak anda tidak merespon/takut pada ancaman? , 11) Apakah anak anda mudah bosan terhadap pekerjaan yang ditugaskan , 12) Apakah anak anda terlihat mempunyai gejala ADD? , 13) Apakah anak anda kreatif? , 14) Apakah anak anda terlihat mempunyai intuisi yang tajam? , 15) Apakah anak anda mempunyai sikap empati yang menonjol terhadap orang lain? , 16)Apakah anak anda mempunyai pemikiran yang abstract? , 17) Apakah anak anda cerdas? , 1 8) Apakah anak anda sangat berbakat (yang diidentifikasi sebagai karunia)? , 19)Apakah anak anda terlihat sebagai pengkhayal? , 20) Apakah mata anak anda terlihat memancarkan mata orang dewasa, bijak dan dalam? . 21) Apakah anak anda mempunyai kecerdasan spiritual?

Jika anda mempunyai 10 jawaban “Ya”, maka anak anda kemungkinan adalah indigo. Jika jawaban “Ya” lebih dari 15, maka anak anda dipastikan sebagai anak indigo.

Indigo memang berbeda, tapi bukan “tidak normal”

Menurut psikiater Tubagus Erwin Kusuma, dalam lipuatn6.com, fisik anak-anak indigo tak jauh berbeda dengan anak lainnya. Hanya batinnya saja yang condong lebih dewasa. Anak-anak indigo sering memperlihatkan sifat orang dewasa, sangat cerdas, dan memiliki indera keenam yang sangat tajam. Anak indigo pada umumnya tidak menginginkan diperlakukan sebagai anak-anak. Tidak jarang mereka sering memberi nasehat pada orangtua masing-masing.

Tubagus menambahkan, indigo bukanlah penyakit atau kelainan jiwa. Kendati demikian, ada yang menganggap fenomena indigo sebagai kelainan jiwa. Akibatnya penanganannya seringkali salah, yang akan berdampak pada penderitaan sang anak. “Kalau bisa, konsultasi untuk menghadapi anak-anak indigo,” Tubagus menambahkan.

Pernyataan Tubagus diamini Rossini, indigo dewasa yang sekaligus pembimbing anak-anak indigo. “Ketika di masa anak-anak pemahaman spiritual sudah matang tapi belum diikuti penalaran”, kata Rossini. Menurut Rossini, tugas orangtua dewasa untuk membimbing anak-anak itu agar penalaran dan spiritualnya seimbang.

Tips untuk mendidik anak indigo

Wendy Chapman, memberikan 10 tips untuk mendidik anak-anak indigo, sebagai berikut:

  1. Perlakukan mereka dengan penuh penghargaan. Jika anda tidak menunjukkan penghargaan kepada mereka, mereka juga akan demikian, walaupun anda mempunyai otoritas atau kekuasaan.
  2. Dengarkan pendapat mereka. Mereka perlu tahu bahwa anda peduli dan mengenali sistem nilai mereka.
  3. Kembangkan kemampuan mereka. Beri mereka pilihan, seperti misalnya tipe produk yang akan dipelajari, apa perintah untuk pekerjaan yang harus dilakukan, pilihan antara dua kegiatan. Memiliki suara yang didengar membuat rasa yang berbeda atas penghargaan diri, biasanya akan mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam pilihan yang sudah mereka buat dan konsekuensinya akan memperbaiki sikap mereka terhadap anda dan terhadap pendidikan.
  4. Bangunlah sikap koperatif dan hindari memberi perintah. Anak indigo tidak akan peduli terhadap hal-hal yang dimaksudkan untuk mengontrol mereka. Merka akan peduli terhadap perlakuan yang bersifat adil dan baik.
  5. Bantu mereka melakukan hal yang berbeda. Jika mereka frustasi, misalnya pekerjaan sekolah, sehingga mereka merasa sendiri di dunia, bantulah mendorong mereka untuk berbuat sesuatu yang positif untuk merubahnya. Seperti menulis surat, karya tulis, puisi, membuat poster, T shirt, mengorganisasi kelompok diskusi.
  6. Bantu mereka membangun bakat dan kemampuannya. Dorong mereka untuk kreatif dan berani mengekspresikan kepribadian merka yang unik.
  7. Bersikap toleran terhadap emosinya yang ekstrim. Bantu mereka membuat keseimbangan menggunakan aromaterapi, ijinkan mereka minum air putih di kelas, bersikap tenang, atau latihan visualisasi.
  8. Dorong mereka untuk menjadi sumber kedamaian bagi orang lain. Indigo dilahirkan untuk menjadi sumber kedamaian. Dorong mereka untuk melatihnya. Hal ini akan membangun komunikasi dan welas asih. Jadilah pembimbingnya dalam hal ini.
  9. Jelaskan MENGAPA untuk semua hal. Mengapa ada aturan, mengapa mereka perlu untuk mengerjakan pekerjaan rumah/sekolah. Mengapa dunia seperti ini? Jika anda tidak mempunyai jawabannya, pahami rasa frustasi mereka dan tunjukkan sikap empati.
  10. Kurangi obat-obatan untuk ADD. Indigo bukan ADD, tapi indigo secara alamiah memberikan perhatian pada sesuatu secara selektif. Jika mereka dapat fokus pada sesuatu yang mereka pilih untuk jangka waktu yang lama,kemungkinan anak ini indigo, bukan ADD. Walaupun nampaknya ada masalah pada perhatian, carilah alternatif terapi, bukan dengan Ritalin, jangan menekan kreatifitas alamiah dan kepemimpinan indigo, tetapi bantulah untuk mengorganisir.

Sebagai orangtua, anda juga harus membuat anak indigo disiplin, dan membuat mereka belajar tentang perilaku yang bisa diterima atau tidak. Dan belajar untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak bisa diterima. Bersikaplah adil, dan berikan batas toleransi yang pantas. Katakan yang sesungguhnya sesuai dengan umurnya, dan jangan bohong karena mereka akan tahu. Katakan bahwa dia dicintai dan peluk sebanyak mungkin.

Indigo juga eksploratif dan banyak energi. Akan sangat menolong jika orangtua membantu menyalurkan energi pada sesuatu yang menyenangkan, produktif dan tidak berbahaya.

Apakah anak-anak indigo bisa menjadi orang yang sukses? Pengalaman membuktikan, bahwa banyak anak indigo yang jika penanganannya benar, menjadi orang yang sukses, bisa lulus dari universitas, ada yang menjadi psikolog, psikiater, bahkan pemusik andal. Jadi, coba teliti apakah di keluarga ada yang indigo? Jangan kawatir, jika anda memahami mereka serta dapat mengelola dengan baik, maka anak indigo adalah anak yang menyenangkan, dan tingkat kesuksesan nya di masyarakat tinggi.

Perhatian!

Mohon maaf, berhubung banyak sekali pertanyaan yang tak memungkinkan saya menjawabnya, karena saya sendiri bukan indigo, namun pernah bersentuhan dengan anak indigo, maka sebetulnya tulisan saya di atas hanya sekedar sharing pengalaman.

Jika ada yang membutuhkan bantuan, atau ingin lebih memahami, saya telah menghubungi ahlinya, dan sejak 1 Februari 2008 telah mulai di buka layanan konseling bagi indigo dan keluarga. Dijadualkan setiap hari Rabu jam 14.00 s/d 18.00 wib dan 10.00 s/d 16.00 wib. Untuk perjanjian hubungi 021-75910583 atau 021-7236643.

Alamat: Ayodiapala, Ruko Galeri Niaga
Jl. Haji Nawi Raya Kav.9, Radio Dalam
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

Untuk mengetahui lebih jauh tentang anak indigo, dapat mengunjungi IndigoIndonesia.com , Pusat Informasi dan Komunitas Indigo Indonesia. Bila ada pertanyaan atau mau konsultasi daftar saja ke forum, atau bisa hubungi langsung.

Bahan bacaan:

  1. Rossini. “Generasi Indigo”. Terjemahan bebas. Klinik Spesialis & Keluarga Prorevital. Jl. Let Jen Suprapto 60, Jakarta Pusat.
  2. Indigo, Berbeda Tapi Bukan Kelainan Jiwa. Liputan6.com. Jakarta, 25 Juli 2004. (http://www.liputan6.com/news/?id=82624)
  3. Heboh Indigo child.(Indera Keenam). http://www.suarapembaruan.com/News/2003/01/05/Psikolog/psi01.htm
  4. Belum Jelas Data Anak Indigo. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/102007/08/purwasuka/bekasiraya02.htm

Apakah anak indigo itu?

Diposting oleh pound

Getaran bumi yang sedemikian kuat membawa banyak perubahan. Salah satunya adalah makin banyaknya terlahir anak berjiwa matang (old soul) yang memiliki bakat khusus

Bagaimana mendidik agar mereka tidak merasa tertekan dan aneh karena berbeda dengan teman-temannya?

Gejala alam rupanya tidak sedikit mempengaruhi hal-hal lain. Waktu yang berjalan demikian cepat

Sifat tubuhnya memang anak-anak, tapi soul-nya sudah kuat. Makanya kalau dia nyeletuk bukan seperti anak-anak lagi.

menjadi satu indikasi perubahan yang terjadi di bumi. Selain itu, munculnya anak-anak berbakat dengan jiwa tua atau old soul, juga menjadi tanda perubahan bumi yang begitu cepat.

Akhir-akhir ini kita sering disentakkan oleh begitu banyaknya anak yang memiliki pola pikir berbeda dengan anak seusianya. Daya nalar mereka cenderung dewasa, padahal usianya belum mencapai belasan. Kali lain kita dikejutkan oleh anak-anak yang memiliki indra keenam luar biasa tajam, sehingga si anak sampai merasa dirinya tidak normal karena tidak sama dengan teman-temannya.

Fenomena lahirnya anak-anak berkemampuan lebih ini sebenarnya sudah sejak lama ada. Sebastian Bach dan Albert Einstein bisa dikategorikan sebagai anak indigo. Musik yang diciptakan Bach disebut sebagai tipe musik anak indigo. Ia menciptakan musik sambil melamun, sama seperti Einstein yang mendapat rumus saat sedang bengong.

Keberadaan anak-anak berbakat ini memang baru disadari sejak tahun 1990-an. Para ahli menyebut mereka indigo. Nama indigo diambil karena warna yang dipancarkan dari cakra ajna anak-anak berbakat itu berwarna biru nila (indigo). Cakra ajna terletak di tengah dahi, antara kedua alis mata.

Meski demikian, keindigoan seseorang tidak semata-mata hanya ditunjukkan oleh warna indigo dari cakra ajna. Itu sebabnya, penggalian informasi oleh para psikolog maupun psikiater lewat wawancara, tetap penting dilakukan. Melalui obrotan dan tanya jawab, akan diketahui tipe serta pola pikir anak tersebut.

Tidak Lazim

Warna aura indigo pada seorang anak memang bisa mengindikasikan banyak hal. Sebab, dikatakan Tom Suhalim, ahli aura dan fengsui, aura berkaitan dengan warna kepribadian. Suatu alat yang disebut aura video station berfungsi hanya untuk melihat keseimbangan aura pada seseorang. Pada anak indigo, selain ditunjukkan oleh warna aura, juga dibarengi dengan pola pikir dewasa. Diperkirakan di masa ini banyak jiwa yang sudah matang atau tua, tapi hidup dalam badan anak-anak.

“Sifat tubuhnya memang anak-anak, tapi soul-nya sudah kuat. Makanya kalau dia nyeletuk bukan seperti anak-anak lagi. Ada yang bicara, “Nenek dulu ’kan adik saya!’ Ada yang merasa selalu melihat sesuatu yang oleh awam disebut makhluk halus,” papar Dr. Tb. Erwin Kusuma, Sp.KJ, psikiater anak.

Banyak orangtua yang khawatir dengan kondisi anak seperti itu. Anak indigo memang kerap memperlihatkan tanda-tanda kejiwaan yang tidak lazim. Satu hal yang terlihat nyata dari anak indigo, tambah Dr. Erwin, adalah selalu bentrok dengan orangtua.

Hal ini juga pernah dialami Victor Chandrawira (39) yang juga memiliki sifat indigo. Saat kecil ia dicap sebagai pemberontak. Menurutnya, sikapnya itu bukan pemberontakan, melainkan melihat sesuatu dari sisi yang lain. Selain itu, Victor yang kini menjadi presiden direktur sebuah perusahaan konsultan untuk pengembangan sumber daya manusia ini juga memiliki berbagai pengalaman unik. Kala berada di Italia misalnya, ia disapa oleh seorang gipsi yang mengaku mengenal Victor sebagai seniman keliling yang hidup beberapa tahun lampau di sana.

Jiwa tua yang hadir dalam anak indigo juga kerap disebut oleh Tom dan Dr. Erwin sebagai bukti reinkarnasi atau jiwa yang terlahir kembali. Mereka memperkirakan, anak yang lahir dengan tipe jiwa tua akan bertambah banyak dalam periode mendatang.

Getaran Berubah

Munculnya anak indigo, menurut Tom, tak lepas dari pengaruh perubahan getaran bumi. Pada tahun 1970 sampai 1980-an, resonansi bumi sekitar 7,83 Hz. Di tahun 2000 menjadi 8,5-9 Hz, sedangkan di tahun 2004 sudah mencapai 13,5 Hz.

Secara metafisik, getaran bumi yang semakin cepat akan menimbulkan satu fase, yang menyebabkan terjadinya kenaikan tingkat ke dimensi yang lebih tinggi.

Secara teoretis, getaran bumi yang semakin cepat akan membuat bumi semakin panas dan suhu ikut meningkat. “Kenaikan ini juga mengakibatkan perubahan yang cukup signifikan, sehingga membutuhkan orang tertentu untuk menyeimbangkannya,” lanjut konsultan fengsui dan aura ini.

Kelahiran anak-anak berbakat inilah yang akan membantu getaran bumi berjalan lebih smooth, lebih muLus. Kelahiran mereka ditujukan untuk mengubah tatanan dunia supaya menjadi lebih nyaman.

Anak indigo datang ke dunia dengan berbagai misi. Cara yang diambil pun beraneka ragam. Bisa lewat kesenian, pendidikan, ilmu pengetahuan, olahraga, bahkan menjadi paranormal. “Semua itu tergantung misi mereka,” katanya. Anak indigo kebanyakan merupakan pendobrak suatu tatanan yang salah. Karena bertugas meluruskan ketidakbenaran itu, mereka umumnya lahir dengan tipe bijaksana. Memang dibutuhkan manusia dengan prinsip kuat untuk bisa membuat getaran bumi berjalan lebih lembut.

Menurut Tom, dalam beberapa kasus, saat ini juga bermunculan “anak kristal”. “Mereka lebih berbeda lagi. Anak kristal umumnya lebih kalem. Tapi, secara fisik mereka kurang begitu kuat karena lebih rapuh dan rentan. Warna auranya lavender, ungu muda,” tuturnya.

Karakteristik anak indigo bermacam-macam. Kemampuan indra keenam tidak hanya dalam hal penglihatan, tapi juga pendengaran dan lainnya. Mereka bisa melihat permasalahan lebih mendalam. Intuisi anak seperti itu juga kuat.

Bisa Amburadul

Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan anak lain ini, jelas memerlukan peran pendidikan yang khusus pula. Misalnya anak indigo yang bisa berbahasa Inggris walau usianya masih balita dan tidak dibesarkan dalam kultur berbahasa Inggris, harus tetap disekolahkan.

“Sekalipun indigo mereka tetap anak-anak yang harus mendapat pengarahan. Orangtua tetap harus mendidik mereka,” ucap Tom.

Bagaimanapun, mereka adalah anak-anak yang masih dalam tahap berkembang. Terlebih lagi, emosi mereka belum seimbang. Hal itu tampak dari warna kepribadiannya yang masih berganti-ganti.

Tom pun mewanti-wanti agar orangtua selalu mengawasi dan tetap mendidik anak-anaknya yang tergolong indigo sebagaimana mereka mendidik anak lain. Jangan sampai orangtua mendewa-dewakan anak indigo.

“Kalau mereka berlaku kurang ajar, tetap harus diajarkan disiplin. Kalau salah, ya perlu dihukum. Kematangan mereka harus lengkap. Tidak hanya fisik, pikiran dan emosi harus seimbang. Kalau salah satu tidak bagus, mereka bisa amburadul,” kata Tom lugas.

Oleh karena itu, menurut Tom, perlu dipertimbangkan kembali oleh para orangtua yang mengizinkan anak indigo memberi pengajaran (misalnya reiki, meditasi, penyembuhan, dan lain-lain) kepada orang dewasa. Untuk menjadi pengajar, mereka harus mempunyai kematangan fisik, emosi, mental, pola pikir, dan lain-lainnya.

Talenta yang dimiliki anak-anak itu semestinya memang bisa dimanfaatkan. Namun, untuk dapat menyalurkan kelebihan itu dengan baik dan benar, harus didukung keseimbangan atau kematangan dari segala aspek.

10 Karakteristik anak Indigo

Dalam bukunya, The Indigo Children, Lee Carroll dan Jan Tober mengemukakan 10 karakteristik anak indigo, yaitu:

Mereka datang ke dunia dengan perasaan serta perilaku yang menyiratkan kebesaran. Mereka mempunyai perasaan patut atau layak untuk berada di sini dan heran bila orang lain tidak merasakannya. Penghargaan terhadap diri sendiri bukan merupakan masalah besar. Mereka justru menyampaikan kepada orangtua, siapa mereka sebenarnya. Mereka mempunyai kesulitan dengan kekuasaan absolut, terlebih kekuasaan tanpa penjelasan atau pilihan. Mereka terkadang tidak mau melakukan beberapa hal, seperti mengantre. Itu merupakan sesuatu hal yang menyulitkan bagi mereka. Mereka kerap merasa frustrasi dengan sistem yang berorientasi ritual dan tidak membutuhkan pemikiran kreatif. Mereka kerap melihat sesuatu atau mengerjakan sesuatu dengan cara yang lebih baik, baik di rumah maupun sekolah. Mereka sepertinya terlihat antisosial, kecuali dalam kalangannya sendiri. Mereka tidak akan merespon atas disiplin yang kaku. Mereka tidak malu untuk membiarkan orang mengetahui apa yang mereka butuhkan. Selain itu, dalam buku The Indigo Children, Doreen Virtue, Ph.D, menyebutkan pula beberapa karakteristik untuk mengidentifikasi anak-anak berbakat khusus itu, yaitu:

Sangat sensitif. Energinya sangat berlebihan. Mudah bosan. Perlu orang dengan kondisi emosi yang lebih stabil dan nyaman untuk berada di sekelilingnya. Mempunyai pilihan sendiri untuk belajar, terutama untuk membaca dan matematika. Mudah frustrasi. Sebab, umumnya mereka mempunyai banyak ide, namun kurang sumber daya atau orang-orang yang dapat membantu mereka. Belajar lewat cara eksplorasi. Tidak bisa diam kecuali mereka menyatu dalam sesuatu hal yang sesuai dengan minatnya. Mempunyai ketakutan seperti kehilangan atau ditinggal meninggal oleh orang yang dicintainya. Jika pengalaman pertamanya mengalami kegagalan, mereka mungkin akan menyerah dan membuat blok pembelajaran secara permanen. “Saya Bukan Indigo!”

Benarkah ada anak indigo? Kalau pertanyaan itu dilontarkan kepada Vincent Christian Liong, jawabannya, “Tidak!” Remaja berusia 19 tahun ini dikategorikan sebagai indigo, tapi ia merasa dirinya bukan indigo. Baginya, indigo hanyalah jenis warna.

Tak ada sesuatu yang aneh dalam dirinya. Ia sama seperti anak lain seusianya. Itu sebabnya saat ditanya tentang kondisinya yang dinyatakan sebagai anak indigo, wajah Vincent berubah. Ia tidak suka! “Saya hanya difoto aura. Itu pun baru beberapa bulan lalu,” ujarnya kesal.

Sejauh ini, tidak ada dokter yang mewawancarai atau pun memeriksa dirinya, terkait dengan indigonya. Menurutnya, para dokter hanya mengasumsikan keindigoannya berdasarkan 10 tipe. “Katanya sih ada tujuh atau delapan tipe yang cocok,” ucapnya enteng.

Namun, kemudian ia menambahkan, “Sekarang lihat saja deh anak-anak. Kayaknya banyak juga yang masuk dalam tipe itu. Jadi nggak ada bedanya kan antara anak indigo dan tidak?”

Urusan indigo ini menjadi sangat sensitif bagi Vincent. Jauh sebelum masalah ini terangkat, ia bisa menjalani kehidupannya dengan normal. Namun, begitu wajahnya terpublikasi di media cetak dan televisi sebagai anak indigo, banyak yang berubah.

“Saya tidak suka dengan kondisi itu. Efeknya jadi tidak baik bagi perkembangan anak. Saya dianggap aneh, padahal tidak. Untung saja, teman-teman saya tidak mengganggap demikian,” tutur pelajar kelas 12 di Gandhi Memorial International School, Jakarta ini.

Indigo, menurut Vincent, tidak ada dalam kamus kedokteran. Sebab, kedokteran Barat tidak memasukkan unsur reinkarnasi yang kerap dihubungkan dengan kasus indigo. Nah, inilah yang membuat kontroversi. “Lalu, bagaimana mau ditangani dengan dunia kedokteran?” tanyanya dengan nada kritis.

Hal ini semata-mata diutarakan karena dalam beberapa hal, anak yang diduga indigo harus menjalani terapi. “Kalau sudah berbakat, kenapa harus diterapi? So what kalau berbakat?” tanyanya dengan nada meninggi.

Sebagal gambaran, sosok pelajar kelahiran Jakarta, 20 Mei 1985 ini sangat berbakat. Bukan dalam bidang pelajaran, tapi di luar urusan sekolah. Anak pertama dari dua bersaudara ini sangat rajin menulis, tidak hanya di milis yang dibuatnya, tapi juga menyebarkan ke berbagai milis lain.

Tulisannya sangat tajam untuk ukuran anak seusianya, dan berbau filsafat yang kuat. Bahkan, tulisannya itu sudah dibukukan. Buku pertamanya berjudul “Berlindung di Bawah Payung” diterbitkan oleh Grasindo pada tahun 2001.

Sebenarnya masih ada dua kumpulan tulisannya yang belum sempat dibukukan. “Masih berantakan,” begitu alasannya. Ia juga pernah memenangi lomba penulisan Analisis Karya Sastra Tingkat SMU. Ia menganalisis karya Pramoedya. Tulisan berjudul Tentang Manusia dalam Bumi Manusia tersebut muncul dalam buku Pramoedya Ananta Toer dan Manifestasi Karya Sastra.

Vincent memang berbakat. Selain menulis, ia juga aktif memberikan pelatihan spiritualitas. Yang ia ajarkan adalah soal pemanfaatan otak, reiki tumo, dan kundalini. (Senior)

http://www.kompas.com/kesehatan/news/0506/17/154633.htm

Jumat, 09 Januari 2009

Label ‘indigo’ .

Diposting oleh pound

Setelah dicap sebagai anak indigo, Vincent Liong (22 tahun) mengaku hidupnya menjadi kurang nyaman. Geark-geriknya selalu jadi bahan sorotan. Ynag menyebalkan, “Saya dibilang anak aneh dan selalu disalahkaprahi,” kata dia.

Indigo memang fenomena. Lantaran isu marginal, sedikit yang paham betul tentangnya. Akibatnya? Banyak diagnosis yang keliru terhadapnya. Dalam perspektif ilmu yoga, menurut Dr. Tubagus Erwin Kusuma, anak indigo mengalami kekurangan cakra warna kuning di bagian ulu hatinya. Warna kuning dalam aura terkait dengan pergerakan manusia. Lantaran kekurangan warna kuning, anak indigo umumnya kurang bergerak atau sebaliknya terlalu aktif bergerak hingga sering diduga mengalami gangguan ADHD (attention deficit hyperactivity Disorder), ADD (Attention Deficit Disorder), atau bahkan autis.

Erwin mengungkap, ada sejumlah kasus dimana anak indigo jatuh sakit lantaran tumbuh dalam lingkungan yang tidak kondusif. Contohnya adalah fakta soal anak indigo yang dimarahi ayahnya karena kedapatan sedang berbicara dengan makhluk halus. Sang ayah menganggap anaknya mengada-ada karena bicara sendirian. Sementara bagi anak ini adalah tindakannya wajar karena ia memang melihat makhluk tersebut.

“Anak itu kontan menjadi kebingungan dan bisa saja ia menjadi sakit jiwa,” kata dia. Proses penyembuhan, menurut Erwin, tidak bisa bersandar pada obat-obatan. “Yang harus diobati adalah konflik antara ayah dan anak itu,” tegasnya.

Di Jakarta, Erwin mensinyalir ada 70-an anak indigo, kebanyakan adalah pasien yang berobat ke klinik Pro-V miliknya. Tapi kondisi ini seperti puncak gunung es tatkala yang menyembul di luar hanya sepersepuluh bagiannya. Jadi, “Mungkin saja jumlahnya ada 700-an di Jakarta,” kata dia. Belum pahamnya masyarakat tentang anak indigo menjadi penyebab belum banyaknya terungkap anak indigo.

Sebagian kalangan medis menyatakan bahwa anak indigo mengalami kerusakan pada bagian otaknya. Namun Erwin menegaskan bahwa indigo bukan penyakit. Badan Kesehatan Dunia (WHO), kata dia, bahkan tidak mencantumkan indigo dalam international classification of diseases. Lantaran indigo bukan penyakit, tak perlu dilakukan terapi untuk menyembuhkan anak indigo. “Yang dibutuhkan adalah pembinaan untuk anak, orangtua, guru supaya mengerti cara menangani anak indigo,” terangnya lagi.

Saat ini, lanjut Erwin, Depdiknas misalnya tengah membuat panduan bagi guru reguler tentang bagaimana menghadapi anak indigo. Buku panduan itu juga berlaku bagi para guru home-schooling. Sejumlah anak indigo memang enggan bersekolah di sekolah biasa. “Program ini direncanakan dibuat dalam jangka panjang. Nantinya akan ada sekolah khusus anak indigo,” terangnya lagi.

Peran Orang tua

Jika ditanya enak enggak menjadi anak indigo, Feri Trihandoko dan Bagus Torasanto bisa dgn mudah menjawab ‘tidak’. Anak-anak indigo bagai tak memiliki batas dengan alam supranatural. Ini menjadi kendala tersendiri bagi mereka. Feri, misalnya sempat mengalami rasa pusing tak berkesudahan selama setahun akibat pelbagai “penampakan” yang kerap berseliweran di hadapannya. Ini membikin studinya terganggu. Di sekolah ia kerap keluar masuk ruang Unit Kesehatan Siswa (UKS). Nilai rapornya sempat kosong selama beberapa bulan.

Demikian pula Bagus. Kerap didatangi informasi-informasi ‘gaib’ di kepalanya, Bagus kecil tak jarang jatuh sakit. Ini lantaran Bagus kerap memendamnya sehingga menjadi beban bagi fisiknya.

Toh, hal itu bukannya tanpa solusi. Setelah menginjak belia, Bagus jauh lebih piawai dalam mengendalikan info-info gaib yang datang sekonyong-konyong. Demikian pula Feri yang sejak kelas 1 SMA ‘tiarap’ dalam menggunakan kemampuan indera keenamnya. Bagus, misalnya, dapat mengontrol informasi-informasi yang mampir ke benaknya agar tak menjadi bumerang yang malah menyulitkan dirinya. Setidaknya, “Dia tahu kapan harus diam atau bicara,” kata Emmy Nurhayati, ibu Bagus. Salah satu terapi yang Emmy terapkan untuk Bagus dan terbukti ampuh adalah memperbanyak dzikir dan shalat lima waktu.

Pelajaran pertama ditanamkan kepada anak, menurut Emmy, adalah pemahaman bahwa kemampuan indera keenam merupakan anugerah dari Allah. “Ini sesuatu yang tak bisa dihindarkan,” kata Emmy yang juga indigo dan semasa remaja kerap jatuh sakit lantaran mencoba menolak keindigoannya.

Tak syak lagi, menurut Emmy, orang tua berperan besar dalam memperingan beban indigo yang dipikul sang anak. Kuncinya adalah, “Jangan sampai anak merasa bahwa kelebihan indera keenam yang mereka miliki adalah beban, sebagai sesuatu yang amat-amat serius,” kata Emmy yang kerap bercanda dengan puteranya itu tatkala muncul penampakan-penampakan.

Senada dengan Emmy, Erwin mengatakan bahwa peran orang tua amat vital. Orangtua harus mampu memberi pengertian pada anak indigo tentang potensi mereka yang lain. Anak indigo yang dicap badung lantaran tak mau berbaris, misalnya, bisa diajak bicara dengan mengatakan “Berbaris itu gampang lho, kamu pasti bisa lebih dari itu,” tiru Erwin.

Karen itulah Erwin menekankan perlunya para orangtua yang anaknya indigo untuk ‘bersatu’. Paling tidak, mereka bisa melakukan sharing soal jurus terbaik menangani anak-anak indigo. Di Jakarta sendiri ada indigo sharing club. “Penanganan yang benar terhitung penting demi perkembangan anak,” papar Erwin yang mengungkapkan soal adanya kasus-kasus anak indigo yang frustasi lantaran mereka gagal beradaptasi dengan lingkungan.

Menurut Erwin, anak indigo yang lahir di tengah keluarga yang mengerti kondisinya justru akan banyak berguna buat orang lain. Seperti membantu menyembuhkan penyakit lewat tenaganya. Inilah yang dilakukan Bagus Torsanto. Belum lama, cerita Bagus kepada Republika, ia mengobati seorang kawan ibunya yang diduga tengah didera masalah psikis.

Entah mengapa, inspirasi pengobatan selalu datang usai shalat. Anehnya lagi, tangan Bagus seolah bergerak sendiri memegang kepala teman ibunya itu. Sekonyong-konyong rasa nyeri dari kepala itupun hilang.

Mereka Bergerak Melawan Stigma

“Tidak ada yang ajaib dari anak indigo,” kata vincent liong tegas. Sejak dipublikasikan media massa pada 2004, label indigo serta merta melekat dalam diri Vincent. Kebebasannya terenggut. Vincent pun mulai berhenti menulis soal-soal metafisika.Toh, ia merasa terus disorot dan, dalam kadar tertentu merasa terusik.

Satu-satunya cara keluar dari label indigo, menurut Vincent, adalah dengan membuktikan bahwa indigo bukanlah sesuatu yang spesial, berbakat atau extraordinary. Inilah yang dilakukan Vincent dengan metode kompatiologinya. Metode ini memungkinkan kemampuan yang dimiliki anak indigo dapat diduplikasikan secara massal untuk anak-anak lain dalam berbagai bidang. Sebab, ” ketika semua bisa memiliki kemampuan setara dengan si indigo maka label itu akan mati,” tutr dia.

Kompatiologi telah mengubah secara radikal peminat-peminatnya. “Mereka menjadi lebih efesien dalam menghadapi hidup dan berani memenuhi panggilan jiwa,’ kata Vincent. Kompatiologi tidak menciptakan cenayang-cenayang, melainkan memungkinkan seseorang mengadopsi sistem berpikir yang dimiliki anak-anak indigo - para anak jenius.

Pernyataan terbesar yang mengusik Vincent adalah, ” untuk apa menjadi indigo jika kita cuma sekadar menjadi barang tontonan,” tuturnya. “Yang terpenting para indigo harus mampu melakukan perubahan. Perubahan itu dimulai dari perubahan paradigma berpikir kita dalam menyikapi realitas. Kita dididik untuk berpikir objektif, padahal kita bias berpikir subjektif,” katanya menjelaskan

Menurut pengamat indigo, Leonardo Rimba, solusi bagi anak-anak indigo adalah membantu mengurai kesulitan mereka menyesuaikan diri dengan lingkungan. Ia mengkritik pelabelan indigo yang dialamatkan kepada anak-anak ini. Demikian pula kelas khusus indigo yang dirancang pemerintah. Leonardo meminta program tersebut dibuat atas dasar tantangan untuk membantu anak menyesuaikan diri. Bukan untuk memisahkan mereka.

Istilah indigo sendiri dipandangnya Leonardo sebagai remang-remang. Mengapa? “karena kemampuan batin adalah hal lumrah. Semua manusia memiliki kemampuan itu,” ujar pria lulusan Universitas Indonesia dan the Pennsylvania State University itu.

Pelabelan indigo akan menjadi beban buat anak-anak, sebab bisa menjadi bumerang. “Mereka dianggap benar-benar wah. ini mengandung risiko karena anak bisa jadi hancur jika tidak tahan kritik, ” papar dia

Sumber: Indira, Republika, Januari 2008

anak indigo

Diposting oleh pound

Apa sich anak indigo itu? Mayoritas orang yang meyakini fenomena anak indigo beranggapan bahwa anak Indigo adalah anak yang special, yang lahir ke dunia dengan misi semacam menyelamatkan dunia (semi messias lah?!). Lalu pihak-pihak yang berbackgroud mistik (paranormal) sampai yang berbackground ‘akademis’(tanpa berpikir soal tanggungjawab ilmiahnya) berbondong-bondong membuat daftar kategorisasi sifat / ciri-ciri yang bilamana sebagian diantara daftar kategorisasi sifat / ciri-ciri tersebut terpenuhi maka anak tsb dinyatakan sebagai anak Indigo, dengan efek samping pada si anak dibebani tanggungjawab keyakinan masyarakat bahwa diri si anak tsb memiliki misi lahir sebagai penyelamat di dunia yang semrawut.

Apakah di diri si anak indigo secara sadar menerima secara ikhlas, dibebankan dengan dikultuskan sebagai tokoh penyelamat, bahkan sebelum si anak sekolah, sebelum si anak bisa mengekpresikan dirinya sendiri.
Tentunya tidak ada lagi kesempatan bagi si anak Indigo untuk mengekspresikan dirinya menurut kemauan alaminya sendiri, melainkan harus full time memposisikan diri sebagai tokoh penyelamat di hadapan teman sebaya, orangtua, sampai masyarakat umum.

Bagaimana sudut pandang tentang apa itu Indigo menurut versi Vincent Liong (Penemu Kompatiologi & dikategorikan anak indigo oleh yang berkepentingan.) ?

Menurut Vincent, Indigo berbanding manusia normal adalah samadengan operating sistem pada komputer berbanding operating sistem pada komputer. Misalnya
ada 10 buah CPU (komputer) dengan hardware yang 100% sama. 8 buah CPU diinstall dengan operating sistem berbasis DOS, 1 buah CPU diinstall dengan operating sistem berbasis Windows 95 dan 1 buah CPU diinstall dengan operating sistem berbasis Windows XP.
Maka fenomena Indigo bisa dikatakan seperti; 8 orang manusia normal (tidak indigo) berbanding 1 orang manusia Indigo dan 1 orang manusia kristal.

Maka cara untuk menggunakan fenomena Indigo secara maksimal adalah 8 orang manusia normal (tidak indigo) diuninstall dan diinstall dengan operating sistem
manusia indigo atau manusia kristal. Bilamana mayoritas populasi manusia telah menggunakan operating sistem indigo maka definisi & fenomena anak indigo tidak menarik lagi. Sama halnya dengan fenomena anak kristal. Indigo dalam seorang anak kecil jauh lebih tidak memiliki guna aplikatif dibanding seorang pengusaha, tentara, politisi, dlsb yang menggunakan operating sistem yang sama dengan operating sistem
anak Indigo.

Produk Kompatiologi adalah sistem operating sistem yang sebangun dengan anak Indigo dan anak Kristal. Kami dapat menunjukkan sifat-sifat indigo dapat diturunkan melalui produk kompatiologi. Produk kompatiologi sifatnya tidak eksklusif (open source)
sehingga mudah diakses oleh siapa saja baik dipelajari sebagai murid maupun menjadi guru. Karena sifatnya sebagai operating sistem maka dapat langsung dirasakan
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.